Bobot tubuh Evi Apriliyanti trun drastis. Semula perempuan asal Kabupaten Sidorajo, Jawa Timur, itu berbobot 53 kg, turun menjadi 39 kilogram. Penurunan bobot itu setelah dokter mendiagnosis Evi positif mengidap penyakit gastroesophageal reflux disease atau GERD. Menurut dokter di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dr. Erry Kusaeri Eriansyah, GERD berbeda dengan gastritis yang sohor di masyarakat dengan istilah sakit mag. Ciri GERD terdapat reflak atau cairan asam lambung yang naik hingga esofagus.
Adapun pada kasus gastritis terdapat peradangan di mukosa lambung. Penyebab GERD beragam, bisa juga berawal dari gastritis. Faktor pendukungnya bisa gara-gara kebiasaan tidur atau telentang setalah makan. Faktor lainnya karena mengonsumsi makanan atau minuman terlalu pedas, masam, dan infeksi bakteri. Helicobacter pylori salah satu bakteri yang menggerogoti dinding lambung.
Minum kefir
Menurut Erry pengobatan GERD bisa berlangsung 2—4 pekan tergantung tingkat keparahan. Upaya pencegahan berupa menjaga pola makan teratur. Hindari makanan masam, pedas, terlalu banyak minyak, dan kopi. “Paling utama hindari kebiasaan tidur setelah makan,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Lampung itu.
Selama mengidap GERD, Evi selalu cemas setiap kali usai makan. Setelah makan ia kerap merasa sesak, perut begah, dan napas terengah-engah. Kondisi itu membuat Evi minder dalam bersosialisai dengan tetangga dan saudara. Itulah sebabnya ia berupaya mengatasi gangguan kesehatan itu. Evi mengonsumsi kefir atas saran suami.
Sejak akhir 2018 ia mengonsumsi segelas kefir. Frekuensi konsumsi 3—4 kali sehari. Pagi hari Evi sarapan 200 ml kefir, 50 ml kolostrum, dan buah. Ibu 4 anak itu kembali mengonsumsi 100 ml kefir pada sore hari. Sementara itu pada malam hari ia menikmati 200 ml kefir dan 50 ml kolostrum. Ia disiplin menyantap produk olahan susu dan merasakan perubahan signifikan setelah sebulan, yakni tidak merasakan gejala GERD.
Gejala yang hilang itu antara lain rasa seperti terbakar di dada atau heartburn, bersendawa, mual, dan muntah. Keruan saja Evi girang bukan main. Selain itu bobot tubuh Evi berangsur membaik. Bobot meningkat rata-rata 1 kilogram per bulan setelah 6 bulan rutin mengonsumsi kefir. Pada Desember 2019 bobot tubuh menjadi 47 kilogram. Menurut produsen kefir di Kota Bandung, Jawa Barat, Ir. Andang Kasriadi, ketika asam lambung berlebih, kefir akan bekerja menyerap asam lambung dengan protein dan lemak.
Penderita GERD kerap waswas setelah menyantap makanan.
Minuman asal Pegunungan Kaukasus itu juga menjaga lambung pada suasana masam. Kefir memang mengandung asam laktat tetapi tidak iritatif. “Asam laktat aman bagi kulit banyak pembersih wanita yang menggunakan asam laktat sebagai komponen aktif,” kata Andang. Ia menuturkan, dengan menjaga pH lambung tetap rendah, maka pompa asam lambung “berpendapat” bahwa lambung sudah cukup masam, dan menghentikan produksinya.
Atasi mental
Menurut Andang kefir dengan asam laktatnya disebut juga sebagai “acid pump inhibitor” atau penghambat pompa asam. Selanjutnya bakteri probiotik pada kefir menggiring bakteri H. pylori keluar dari lambung dan dengan sistem kompetisi sumber makanan, menindas keberadaan bakteri itu. Protein, lemak, serta berbagai enzim pada kefir bekerja untuk memperbaiki dinding lambung atau mukus, sehingga kerusakan lambung kembali pulih.
Mukus pada lambung melakukan regenerasi setiap 2–5 hari, sehingga sejauh gizi memadai kerusakan bisa cepat pulih. Andang mengatakan, masyarakat dapat menggunakan kefir prima atau kefir optima. Kefir prima merupakan kefir yang menggunakan starter grain sebagai bahan fermentasi. Adapun optima merupakan kefir dengan starter kefir prima sebagai bahan fermentasi.
Penambahaan kefir kolostrum sangat mempercepat penyembuhan penderita GERD. Menurut Andang persoalan yang cukup berat dalam menangani pasien sakit lambung adalah mental. Sering kali penderita mag akibat stres dan pikiran negatif. Penderita GERD atau gastritis bisa muntah dan menolak pada saat proses pengobatan dengan kefir.
Bila penderita GERD kooperatif dan memiliki semangat untuk sembuh dan penyakit masih ringan lebih mudah teratasi. Umumnya dua pekan hingga 3 bulan pun sembuh. Selain itu faktor kejiwaan sering kali lebih dominan. Andang mengatakan, gangguan kecemasan hampir selalu menyertai pasien. Dari sisi fisiologis Andang meyarankan, penderita mengonsumsi kefir prima dengan tambahan 15% kefir kolostrum.
Tujuannya agar katup otot esofagus yang melemah dapat segera teratasi. Namun, mengatasi masalah kecemasan bukan hal mudah. Gangguan itu pada umumya bisa diatasi dalam 6 bulan. Itulah sebabnya, psikolog perlu mendampingi untuk membantu meredakan masalah mental pasien.
Sumber :